Kami berlima sudah bertekad untuk menjadi mahluk ambisius selama perjalanan di Medan ini pada hari kedua, kami mengawali hari ‘liburan’ pada pukul enam pagi. Berjalan ke arah menara air yang hanya sepelemparan kolor dari Wisma Sederhana tempat kami menginap, kami berharap bisa menemukan jalan ke Kwetiaw Andalas, sebab Sisca yang menjadi pemandu kami (thanks pisan ya Sis) masih dalam perjalanan.
Setelah bertanya pada beberapa orang, namun tetap kami tidak mengerti arahnya, kami memutuskan untuk berjalan ke kedai kopi jl. Padang sidempuan, yang terkenal dengan kopitiam Cirebon.
Tadinya kami memang berniat untuk ke tempat ini baru kemudian ke kwetiaw Andalas, namun informasi dari pegawai Wisma Sederhana mengatakan kopitiam ini masih tutup. Waduuh… tapi saat itu kami nekad, yah, mana tau kami beruntung. Dan memang kami beruntung, kopitiam Cirebon sudah buka dan hampir penuh dengan pengunjungnya.Bagi saya, Kopitiam Cirebon ini adalah cinta pada pandangan pertama, hahahaha, semenjak Sisca memberitahu saya bahwa.
kopitiam yang merupakan ’kantor berita’nya Medan dan terletak di sudut jalan itu tidak pernah dikunjungi pembeli perempuan (kecuali Tina dan Sisca, beberapa waktu lalu) roti bakarnya nikmat, kopinya juga.
encek peracik kopi yang juga pemilik kopitiam, sepanjang hari kerjanya hanya duduk di singgasananya sambil bermain kopi, demi menemukan racikan yang nikmat.
Cukup tiga alasan itu yang membuat saya bertekad, apapun yang terjadi, saya harus mengunjungi kopitiam Cirebon ini. Saya rela deh bangun subuh demi Kopitiam ini.
Sesaat kami menikmati momen kami menjadi primadona, Sisca dan Rina datang, kemudian kami langsung bacut ke Kwetiaw Andalas.
Yang menarik dari Kwetiaw Andalas ini adalah encim sang juru masak yang sudah berusia lanjut, beliau sudah mudah lelah. Jadi seringkali, kalau kita datang lebih dari jam 6 pagi, tukang masaknya sudah berganti anaknya.
Kami masih sempat mencicipi hasil masak si Encim sebelum beliau turun panggung dan digantikan oleh tukang masak cadangan .
Kwetiaw dimasak dengan api besar dengan rasa asin yang sengaja dibuat dibawah rata-rata, supaya pengunjung bisa menambahkan rasa asin sesuai dengan seleranya masing-masing,
Kami memesan Kwetiaw dan mi gorengnya. Kwetiawnya lembut dengan rasa ‘kasar’ bumbu-bumbu. Sedangkan, mie-nya kenyal dan gurih nikmat. Saya lebih menyukai mie gorengnya. Wah, menuliskannya lagi, kok membuat kelenjar liur saya berproduksi ya… glek.
By Shabang Shabang http://ruthwijaya.com
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !